Let's Read Aloud with Toddler (a never ending memories)

"Mami, ayo kita baca buku" salah satu kalimat ajakan yang setiap saat diucapkan anakku. Membaca menjadi hal yang sangat ia gemari. Saya biasanya membacakan cerita dengan nyaring, dikenal dengan metode read aloud. Read aloud merupakan metode yang paling efektif untuk mengajarkan anak tentang pentingnya literasi, membaca menjadi hal yang menyenangkan karena dengan membacakan nyaring, imajinasi anak akan terbentuk. Intonasi menjadi salah satu kunci menarik tidaknya sebuah cerita.

Membacakan dengan nyaring memiliki banyak sekali manfaat. Dikutip dari laman kemendikbud bahwa manfaat membaca nyaring yaitu membangun kemampuan literasi anak dalam hal mendengar, berbicara, membaca, hingga menulis. Manfaat lainnya yaitu menambah kosakata baru, meningkatkan rentang konsentrasi dan daya ingat, serta menjadi momen premium membangun ikatan antara orang tua dan anak (bonding).

Saya termasuk yang mempraktekkan metode read aloud sejak trimester tiga kehamilan. Dulu rasanya males banget bacain cerita, ngantuk. Tapi saya berusaha membuat ini menjadi sebuah kebiasaan, saya awali dengan 5 menit setiap hari, ditingkatkan menjadi 10-15 menit sehari. Waktu yang terasa cukup lama pada saat itu. Setelah anak saya lahir, saya mulai konsisten karena sudah ada interaksi dua arah yang membuat saya semakin bersemangat.

Jajan buku menjadi salah satu hal yang menyenangkan. Buku tidak harus mahal, yang penting intensitas membaca menjadi hal yang konsisten. Saya mengawali dengan buku bantal, buku ini sangat aman karena tidak akan sobek dan cocok untuk anak yang sedang dalam fase oral pada bayi. Membacakan cerita sambil bukunya di gigit-gigit seru bukan? Pastikan bukunya selalu dalam keadaan bersih.

Jenis buku kedua adalah board book. Menginjak usia 8 bulan, saya mulai mengenalkan buku ini. Secara tidak langsung anak bisa mendapatkan stimulasi sensori karena memegang tekstur buku yang lebih keras, melihat warnanya yang lebih tajam dan mengkilat, dan pastinya tidak mudah sobek untuk dikenalkan ke anak usia dini. Pada usia ini saya lebih mengenalkan buku yang menampilkan benda-benda disekitar rumah diikuti dengan cerita singkat dengan hewan peliharaan. Seru? banget !


Ceritanya seru banget, hingga saat ini (usia 3,5 tahun) dia masih inget jalan ceritanya


Buku yang ketiga adalah jenis sound book, buku ini menstimulasi indera pendengaran anak, melatih kemampuan motorik halusnya dengan memencet tombol pada buku, lalu mengkoordinasikannya dengan suara yang dihasilkan. Buku ini sangat menarik karena membaca jadi lebih menyenangkan karena anak bisa mendengar langsung suara dari gambar yang dilihatnya, misalnya suara binatang dan kendaraan.


Buku selanjutnya adalah pop up book dan flip flap. Buku ini menampilkan kejutan disetiap lembarannya. Anak akan merasa bersemangat untuk tahu isi halaman berikutnya. Buku pop-up menjadi buku yang paling digemari hingga saat ini, karena setelah anak saya berusia 2 tahun, ia bisa berimajinasi sendiri dengan melihat setiap sudut tampilan 3D dari bukunya, kenapa bukunya bisa keluar gambar yang besar, dll. Begitu pula dengan flip flap, anakku menyebutnya buku tebak-tebakan, karena selalu ada jawaban menarik dibalik kepingannya.


Buku pop up pertama, seru banget tentang petualangan mobil pemadam


Buku flip flap pertama, mata kucingnya bisa merem melek lucu

Menginjak usia 2,5-3 tahun, buku mulai bertambah fungsi dari mengenalkan jadi mengedukasi nilai-nilai penting dalam hidup. Nilai penting yang saya tanamkan adalah moral baik yang biasanya ada setelah kita selesai membaca, seperti empati, tanggung jawab, dan perbuatan positif lainnya. Saya mulai mengganti buku-buku board book dengan buku ensiklopedia berbahan kertas glossy dengan soft cover. Bukunya tipis, tetapi ilmunya sangat tebal.


Buku tentang persahabatan, menanamkan ilmu berbudi terhadap sesama


Saya bisa menggunakan buku lokal karena harganya terjangkau, dan isinya sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Buku ensiklopedia ini mengajari anak banyak hal, mulai dari apa saja yang berbahaya di sekitar kita, perbuatan baik yang harus kita lakukan, hingga wawasan yang lebih luas tentang suatu hal. Tampilan gambar sangat jelas dengan bahasa yang ringkas, sehingga membantu menstimulasi berpikir kritis pada anak.

Buku-buku lainnya bisa dikombinasikan antara buku stiker, buku cerita atau dongeng sebelum tidur, dan buku kesukaan anak lainnya. Bosen? sama sekali tidak. Anak saya bisa melahap 10 buku per hari dan saya merasakan sendiri manfaatnya.

Ensiklopedia cilik keluaran BIP, sehari bisa diulang beberapa kali, kadang capek, tapi rasa penasaran anak tak kunjung habis, jadi selagi bisa mencukupi rasa ingin tahunya, mari kita bimbing


Berdasarkan pengalaman selama hampir empat tahun membacakan buku dengan nyaring, saya melihat kemampuan linguistik anak saya lebih cepat dari pedoman tumbuh kembang anak yang di keluarkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2014. Saya secara teratur mengecek kemajuan tumbuh kembang anak berdasarkan pedoman ini, karena kita tidak bisa membandingkan satu anak dengan anak lainnya.


Setiap anak itu unik, jadi sebaiknya gunakan indikator yang telah divalidasi dengan baik. Indikator ini sangat membantu saya dalam menstimulasi, terutama hal literasi yaitu kemampuan dan keterampilan dalam menulis dan membaca, serta mengolah informasi dan pengetahuan sebagai dasar kecakapan hidup. Literasi bermanfaat untuk membentuk generasi yang mampu berfikir kritis dalam menyikapi setiap informasi yang diperoleh.

Sebagai contoh, Kian di usia 12 bulan sudah mulai bisa menyebut 1-2 kata dengan sedikit jelas, hingga lonjakan kata di usia 17 bulan sudah bisa menghitung 1-10 dengan bantuan, dan membaca surah Al Fatihah dengan terbata-bata. Hal menakjubkan lainnya, di usia 18 bulan sudah mampu merangkai 2-3 kalimat sederhana misalnya "mami, aku lapar". Mampu menempatkan kata per kata dengan baik dan tidak terbalik, mengaplikasikan kalimat tanya dengan baik. Sehingga anak tidak malu saat harus berbicara dengan orang lain.

Perkembangan terus terjadi hingga usia 2 tahun. Di usia ini Kian sudah sangat kritis terhadap hal baru. Ribuan pertanyaan kenapa dan apa menjadi makanan kami sehari-hari. Hingga kini usianya menginjak 3,5 tahun saya sudah merasa berbicara dengan  anak usia sekolah, padahal baru rencana masuk taman kanak-kanak di tahun mendatang.

Manfaat lain diantaranya,  ternyata dengan membiasakan membaca buku anak akan mudah diajak mengerjakan sesuatu hingga tuntas, rentang konsentrasinya pun bagus, dan mudah mengikuti instruksi, dari yang sederhana meningkat ke instruksi ganda (misalnya: tolong simpan baju kotormu di ember dan ambilkan handuk).

Manfaat penting lainnya di usia balita anak seringkali tantrum karena kebutuhan sosial emosionalnya belum tersampaikan dan terpenuhi dengan baik.  Saya merasakan anak menjadi jarang tantrum, karena semua kebutuhannya bisa ia sampaikan dengan baik dan kami bisa mengerti. Kami saling mengerti karakteristik satu sama lain dengan baik karena ikatan menjadi lebih erat, membacakan buku bisa membangun skin-to-skin-contact antara orang tua dan anak, sehingga bahasa ibu lebih kental. Di usia 2 tahun yang penuh dengan tantangan, saya tidak terlalu merasa kesulitan saat mengarahkan anak.

Semua manfaat ini saya dapatkan dengan konsisten membacakan buku dengan nyaring, diimbangi dengan membatasi penggunaan gawai. Selama 2 tahun pertama usianya, saya tidak memperkenalkan tontonan, baik melalui televisi ataupun gawai (kecuali video call). Satu-satunya interaksi visual hanya melalui media buku. Setelah usia 2 tahun, saya mulai mengenalkan tayangan edukatif di youtube dengan pendampingan, dan jam yang terbatas.

Membacakan dengan nyaring menjadi ritual harian yang sangat menyenangkan. Sepulang saya bekerja sambutan hangatnya adalah dengan mengambil buku di rak, lalu berlari seraya berkata "mamii, ayo kita baca buku ini". Sejujurnya saya tidak menyangka akan seperti ini, karena saya bukan terlahir dari keluarga gemar membaca, dan proses untuk menjadi seperti ini juga memerlukan usaha yang cukup menguras keyakinan dalam diri.

Banyak hal yang membuat saya bosan, karena saya bukan tipe gemar membaca sehingga rasanya membacakan 2-3 buku saja sudah lelah, ngantuk. Tapi antusias anak saya yang tinggi membuat semangat saya terpacu. Saya bertekad, meski saya tidak pernah memiliki buku bacaan waktu kecil, tidak pernah punya waktu untuk asyik membaca, saya ingin anak saya menjadi anak yang gemar membaca.

Dewasa ini media untuk membuat anak gemar membaca sudah semakin banyak. Selain buku-buku yang menarik, bacaan digital juga memberikan edukasi yang sama baiknya. Terutama di masa pandemi ini, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dirumah, sehingga membaca buku online bisa menggantikan peran perpustakaan untuk sementara waktu.

Salah satu aplikasi yang menyajikan buku bacaan digital adalah Let's Read Indonesia. Aplikasi ini mudah di unduh dan menyuguhkan bacaan ringan kaya hikmah di setiap ceritanya. Bahasanya ringan, mudah dipahami, dan sebagai latihan pra membaca. Menariknya lagi, aplikasi ini tersedia dalam berbagai bahasa baik bahasa daerah maupun bahasa internasional. Seru banget kan?

Ayo jangan lupa unduh di hape kalian masing-masing ya !

Ingin berkenalan lebih dekat, mari kunjungi instagram saya. 
Terima kasih sudah membaca ☺
















Komentar

Dewi Rieka mengatakan…
Membaca bersama anak meningkatkan bonding dengan mereka ya mbak

Postingan populer dari blog ini

Pizza Merakyat, the one and only Pizza in Purworejo

Sejarah Budaya Lomba 17-Agustus-an dan Pelestariannya Untuk Anak Generasi Pandemi

Pengalaman Pertama Masak Praktis Bersama Halofudi