Sejarah Budaya Lomba 17-Agustus-an dan Pelestariannya Untuk Anak Generasi Pandemi
Indonesia bikin bangga, alamnya indah mahsyur permai seantero negeri.
Indonesia selalu bikin bangga, budayanya lestari tak lekang oleh jaman.
Indonesia membanggakan kami semua, apapun ciri khasnya selalu menjadi kenangan.
Temasuk salah satunya kegiatan yang selalu hadir saat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, tak lain adalah lomba Tujuh-Belasan yang biasa diikuti oleh anak-anak, remaja, hingga dewasa. Perlombaan yang penuh dengan sejarah dan makna. Kalau diingat rasanya belum pernah absen ikut lomba Tujuh-Belasan sampai akhirnya pandemi tiba. Mengubah segalanya hanya dalam hitungan jari. Tepatnya selama satu setengah tahun pandemi merebak di seluruh dunia khususnya Indonesia, lomba 17 Agustus jadi ditiadakan di lingkungan rumah. Sedih dan sepi, itu yang pertama kali aku rasakan, terlebih anakku kini mulai menginjak usia yang sadar akan meriahnya festival tahunan ini.
Sudah satu setengah bulan pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan masyarkakat (PPKM) untuk wilayah Jawa-Bali, bahkan untuk menyelenggarakan kegiatan di hari kemerdekaan ini pun dilarang. Menilik Surat Edaran dari Menteri Dalam Negeri No. 0031/4297/SJ yang menyatakan pelarangan kegiatan perlombaan karena berpotensi menimbulkan kerumunan. Perlombaan diizinkan dengan syarat melalui media virtual. Pesan ini dipublikasikan di harian nasional kompas lima hari sebelum hari kemerdekaan tiba.
Meski demikian, larangan ini tak sepatutnya menyurutkan rasa cinta tanah air karena di masa pandemi kita bisa melalui hari kemerdekaan dengan tetap khidmat, bangga, dan berbahagia, khususnya bersama keluarga. Ibu Hetifah Sjaifudian selaku Wakil Ketua Komisi IX DPR RI dalam laman dpr.go.id menyampaikan pesan bahwa :
"kita tetap bisa merayakan hari kemerdekaan dengan penuh semangat, meskipun tanpa adanya upacara langsung melihat sang saka merah putih dikibarkan dan perlombaan yang diadakan setelahnya. Yang harus dilestarikan adalah semangat memperingati hari kemerdekaan"
Sependapat dengan beliau, aku memilih tetap memperingati Dirgahayu Indonesia yang ke-76 dari rumah saja. Meski tak dapat dipungkiri mendengar alunan lagu kemerdekaan yang diputar di gang depan rumah dan tawa riuh anak-anak yang berbahagia mengikuti lomba agustusan membuat anakku sedikit iri ingin bergabung. Namun, tekad mewujudkan Indonesia yang lekas pulih dari wabah ini tak membuat langkah kami bergerak. Bagiku, Indonesia harus segera pulih, sehat sedia kala karena diluar sana banyak orang yang terdampak oleh adanya PPKM ini. Langkah kecil yang bisa aku lakukan untuk membuat Indonesia bangga adalah dengan mengikuti anjuran pemerintah.
Ada banyak cara menyambut hari kemerdekaan Indonesia yang bisa kita ajarkan pada anak-anak terutama yang berada dalam generasi pandemi, bahwa mengikuti upacara virtual dari televisi, mengibarkan bendera merah putih di halaman rumah, dan menggelar lomba 17-an dari rumah saja merupakan salah satu bentuk penghargaan kita, rasa cinta tanah air kita, rasa bangga kita pada Indonesia di masa pandemi.
Lomba 17-Agustus-an mulai marak dilakukan sejak tahun 1950, menurut Bapak Rukardi, seorang pegiat sejarah dalam laman tagar.id kemeriahan hari kemerdekaan (17-Agustus-an) mulai terjadi pada tahun itu. Memang Indonesia merdeka pada tahun 1945 namun dalam kurun waktu tersebut masih terjadi suasana yang cukup mencekam sehingga kegiatan kebangsaan seringkali dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Baru setelah tahun 1950 gegap gempita perayaan kemerdekaan digaungkan di banyak tempat.
Meski sudah mulai digaungkan sejak tahun 1950, namun hingga kini belum diketahui siapa pelopor pesta kemeriahan HUT RI yang berlangsung hingga sekarang. Pada tahun itu, masyarakat menggelar lomba panjat pinang, tarik tambang dan balap karung untuk memeriahkan hari kemerdekaan. Ketiga lomba ini tidak lepas dari semangat juang '45. Bagaimana tidak, ketiga lomba ini membutuhkan fisik yang cukup kuat dan kerjasama yang baik, sama hal nya dengan para pahlawan kita terdahulu.
Dalam perjalanannya, lomba-lomba tersebut semakin dimodifikasi seiring dengan perkembangan jaman dan kebebasan hak asasi manusia. Lomba 17-an mampu menyatukan warga ditengah maraknya kemajuan teknologi yang membuat para warga terkesan anti-sosial. Ditambah masa pandemi yang membuat banyak orang memilih mengurangin interaksi dengan lingkungannya.
Meski demikian, anjuran melakukan lomba secara virtual di tengah pandemi masih menjadi pilihan terbaik sebagai wujud kecintaan kita pada bangsa yang sedang dilanda wabah. Wujud kecintaan kita agar Negara Indonesia segera sehat dan bisa terus berkarya. Uniknya, perlombaan virtual yang dilakukan juga tak kalah seru dengan perlombaan yang biasa kita hadiri sebagai acara tahunan. Awal bulan lalu misalnya, anakku yang berusia empat tahun mengikuti lomba nyanyi virtual yang diadakan oleh restoran cepat saji. Kegiatan ini merangsang kami sebagai orang tuanya untuk turut kreatif menyajikan hasil yang terbaik.
Menurut Rendy Sadikin dalam suara.com, beberapa rekomendasi perlombaan lain yang erat kaitannya dengan pandemi adalah lomba menulis (seperti yang sedang aku lakukan ini, mengirim tulisan untuk berpartisipasi dalam kompetisi blog #IndonesiaBikinBangga), kemudian ada lomba menghias masker, dan juga lomba mencuci tangan. Semua lomba ini dilakukan secara virtual yang secara kebetulan sudah menjadi kehidupan baru kita selama satu setengah tahun ini.
Sayangnya tahun ini masih sama seperti tahun lalu, dimana aku memilih menyiapkan lomba 17-an dirumah untuk anakku. Beberapa lomba yang dibuat mengacu pada perlombaan yang dilaksanakan di lingkungan RT tahun sebelumnya. Perlengkapannya mudah dicari dan harganya cukup terjangkau. Aku menggunakan bahan-bahan yang mayoritas tersedia dirumah sehingga memperingati hari kemerdekaan tetap dengan suasana yang meriah nan sederhana.
Beberapa lomba yang aku selenggarakan diantaranya :
Lomba Makan Kerupuk
Lomba Memindahkan Bendera
Lomba Makan Agar-agar
Lomba Minum Susu
Lomba Memakai Sepatu
Memodifikasi dari lomba panjat pinang dan tarik tambang yang belum mungkin dilakukan oleh anak balita, aku menggantinya dengan lomba memakai sepatu. Lomba ini mengajarkan tentang konsep usaha dan di dalamnya juga ada keterampilan motorik halus. Anak diajak untuk berusaha mampu menggunakan kaos kaki dengan benar kemudian memakai sepatu. Bagaimana gigihnya anaku balitaku mengikuti lomba ini? silahkan putar videonya.
Lomba Merapikan Mainan
Terakhir adalah lomba merapikan mainan. Sebagai wujud dari rasa tanggung jawab kita atas kepemilikan barang yang kita miliki. Nilai ini bersinergi dengan rasa tanggung jawab dalam memelihara persatuan dan kesatuan bangsa, agar tidak terpecah belah oleh isu-isu yang marak di masyarakat. Lomba ini juga menstimulasi motorik halusnya dan juga estimasi konsep dasar matematikanya.
Perlombaan yang dilakukan di rumah saja tidak membuat semarak kemerdekaan menjadi hampa. Budaya festival tahunan ini tetap lestari meski dikepung pandemi. Kemeriahan juga tetap terjadi diantara kami bertiga (ayah, ibu, dan anak) disamping bonusnya adalah bonding keluarga yang semakin lekat. Momentum ini menjadi pembelajaran tersendiri bagi anakku karena tetap bisa belajar tentang budaya perlombaan 17 Agustus-an meski dari dalam rumah. Melestarikan budaya artinya ikut menjaga lingkungan kita saat ini. Menjaga agar wabah tidak terus meluas dan tetap terkendali. #UntukmuBumiku kita harus bekerja sama memerangi wabah dan melestarikan budaya leluhur #IndonesiaBikinBangga.
Jadi, merayakan 17-Agustus-an di masa pandemi dari rumah saja? bisa kok. Dengan begitu kita turut menyumbang satu usaha kecil demi Indonesia yang sehat.
Selamat hari kemerdekaan. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Merdeka !! Merdeka !!!
Profil penulis :
Devita Prabowo, S.K.M seorang ibu bekerja dengan satu orang anak laki-laki usia 4 tahun. Menggeluti dunia kepenulisan sejak tahun 2015, aktif menulis buku antologi dan beberapa kelas menulis dan blogging. Terima kasih telah membaca tulisan ini, semoga berkenan dan mari saling berkenalan di laman instagram.
Referensi :
www.kompas.com. Mendagri Teken SE Larangan Perlombaan 17 Agustus yang Munculkan Kerumunan. https://nasional.kompas.com/read/2021/08/12/16071371/mendagri-teken-se-larangan-perlombaan-17-agustus-yang-munculkan-kerumunan?e=all. Diunduh pada Rabu 18 Agustus 2021 pukul 18.17.
www.dpr.go.id Peringatan HUT RI DIharap Tetap Bermakna Meski dalam Pandemi. https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/29737/t/Peringatan+HUT+RI+Diharap+Tetap+Bermakna+Meski+dalam+Pandemi. Diunduh pada Rabu 18 Agustus 2021 pukul 18.26.
La Dossa, Yulius. Tahukah Anda Asal Mula Perayaan HUT RI? dalam https://www.tagar.id/tahukah-anda-asal-mula-perayaan-hut-ri. Diunduh pada Rabu 18 Agustus 2021 pukul 19.42.
Sadikin, Rendy. 3 Rekomendasi Lomba HUT RI 17 Agustus di Masa Pandemi. dalam https://www.suara.com/news/2020/08/08/153628/3-rekomendasi-lomba-hut-ri-17-agustus-di-masa-pandemi?page=all. Diunduh pada Rabu 18 Agustus 2021 pukul 19.57.
Komentar