Lebaran Selalu Meninggalkan Kesan




Minal Aidin wal Fa'idzin
Mohon Maaf Lahir dan Batin


Alhamdulillah, kita mencapai hari kemenangan di tahun ini, Allah sampaikan umur kita semua pada hari nan fitri, berkumpul lagi bersama keluarga tercinta. Meski pandemi masih melanda, tak menyurutkan haru dalam diri saat sungkem pada tetua. Lebaran akan tetap selalu di nanti karena jadi hari yang paling membahagiakan bagi umat muslim di dunia.


Pun dengan aku, meskipun lebaran hanya dirumah saja. Tak pernah sekalipun selama hidupku jalan-jalan ke tempat wisata saat lebaran, paling jauh kerumah saudara yang jaraknya 50 Km dari rumah. Sekarang saat sudah hampir lima tahun membina rumah tangga, ada satu tanggung jawab khusus yang menjadi ritual tambahan saat lebaran, yaitu sungkem ke rumah mertua bersama keluargaku.


Jika ditanya lebaran mana yang paling berkesan? semuanya berkesan, karena setiap tahun menawarkan cerita yang berbeda. Setiap tahun menghadirkan bahagia yang berbeda. Sejujurnya semua hari raya yang aku lewati berkesan karena Alhamdulillah Allah SWT masih memberikan nikmat sehat dan umur bagi aku dan keluargaku. Diberikan kesehatan yang tiada duanya, nikmat bahagia yang dikejar sampai kemanapun nggak akan ada ujungnya jika kita lupa mensyukurinya.


Lebaran selalu menawarkan cerita, selayaknya tahun ini ceritanya mirip lebaran tahun sebelumnya. Bagaimana tidak, pandemi membuat kami enggan melipir jauh-jauh. Jadi agendanya dimulai dari malam takbiran yang Alhamdulillah terang dan cerah, langit seakan bersahabat dengan kami yang tak sabar menanti esok. Aku sibuk di dapur seorang diri membuat opor ayam dan sambel godok labu siam. Beberapa menu sudah aku persiapkan hari sebelumnya seperti ayam ungkep, sambal, dan bawang goreng. Sayang tenagaku tak kuasa mengerjakan ketupat, akhirnya kami pesan di tetangga saja.


Sebelum hari berganti aku sempatkan mencari bunga segar di pasar dekat rumah, seperti tahun sebelumnya, bunga sedap malam selalu hadir menemani hari rayaku. Tahun ini, entah karena belinya sudah sangat larut atau bukan, menurutku harganya jauh lebih murah. Sepuluh ribu satu tangkai, seingatku tahun lalu dua puluh lima ribu per tangkai, luar biasa. Setelah yakin semuanya siap untuk menyambut lebaran, kami pun beristirahat.



Esok pagi telah tiba, aku buru-buru menghangatkan sayur dan mengantar ke tetangga terdekat, itung-itung nyicipin masakan mami kian, ala kadarnya. Sementara suami kaget bukan kepalang saat tahu bapak mertuanya sudah siap mau Solat Ied. Ia buru-buru mandi dan bergegas menuju surau. Sayang, Solat Ied maju 15 menit dari jadwal biasanya, suamiku tak sempat menggelar sajadahnya dan memilih pulang, dengan sedih.


Selanjutnya kami sungkem dan berfoto ria, sebelum keriuhan itu terdistraksi oleh hadirnya tetangga kanan kiri. Kami saling bersalaman dan maaf-maafan, setelah tetangga pulang, kami makan ketupat opor bersama. Nikmat sekali, sayang tak diabadikan. Setelah itu kami bergegas siap-siap menuju ibukota, tepat pukul 09.00 kami berangkat menggunakan kendaraan beroda empat, berharap lancar tak ada penyekatan di jalan raya.


Seharian itu kami mengunjungi tiga tempat, yang pertama adalah rumah eyang uyut di Pasar Minggu, kemudian kerumah mertuaku di Cipinang Jatinegara, dan terakhir mengunjungi iparku yang baru saja ditinggal suaminya karena sakit di daerah Parung Bogor. Kami baru tiba kembali di rumah saat malam hari, meski jujur badan ini capek, tapi batin bahagia. Suasana seperti ini tak kami temui tahun lalu.


Semoga tahun-tahun berikutnya Allah berikan kita kesempatan, nikmat umur dan rejeki agar bisa saling menyambung tali silaturahim. Semoga Allah mampukan kita semua dan menjaga iman Islam kita, amin.





Selamat merayakan lebaran untuk semua umat muslim.
Semoga kita kembali fitrah.

Terima kasih pada BPN 30 Day Ramadan Blog Challange yang telah memfasilitasiku selama sebulan ini dalam mengisi blog, jangan lupa mampir ke instagramku ya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pizza Merakyat, the one and only Pizza in Purworejo

Sejarah Budaya Lomba 17-Agustus-an dan Pelestariannya Untuk Anak Generasi Pandemi

Pengalaman Pertama Masak Praktis Bersama Halofudi