Ramadan Bersama Keluarga, Enaknya Ngapain Aja?

 


Hari ke 21 Ramadan, sudah ngapain aja sama keluarga? 


/ke-lu-ar-ga/ diartikan sebagai ibu atau bapak beserta anak-anaknya atau orang serumah yang menjadi tanggungan. Tapi bagiku, keluarga tak hanya yang memiliki ikatan darah. Sahabat misalnya, terkadang sudah seperti keluarga saat kita harus merantau jauh dari orang tua dan kampung halaman. Ramadan dan keluarga seringkali menghanyutkan perasaan kita untuk bisa terus bersama, tetapi kesibukan terkadang menghalangi demi sesuap nasi.

Dahulu, sebelum ada pandemi dan sebelum berkeluarga, suasana Ramadan menjadi yang paling aku tunggu. Kebetulan orang tuaku bukan tipe yang hobi bepergian, beliau lebih suka dirumah. Hal ini membuat aku merasa kurang waktu bersama dengan kedua orang tua diluar rumah. Lain hal saat Ramadan, menjelang penghujung waktu, ibuku selalu mengajakku mencari pakaian lebaran, nggak hanya untuk kami, seringnya juga untuk beberapa kerabat di kampung halaman yang membutuhkan.

Kalau diingat, kala itu rasanya sebal. Bagaimana tidak, mengelilingi satu pusat perbelanjaan besar sambil bawa tentengan di kanan kiri itu nggak mudah. Belum lagi suasana mulai ramai pembeli, dahaga membuat imanku diuji, dan banyak lagi. Tapi jujur, aku kangen momen itu. Karena setelah berkeluarga, tak lama kami dihadapkan pada kenyataan pandemi yang belum juga usai. Boro-boro mau cari baju lebaran ke Tanah Abang, mau ngajak si kecil ke rumah neneknya aja aku masih berpikir hati-hati.


Lantas, Ramadan kali ini jadi nggak menarik dong? 

Tentu tidak.

Ramadan selalu di nanti.


Alhamdulillah, tahun ini anakku mulai menginjak usia 4 tahun. Sudah mulai paham tentang puasa (meski belum ikut puasa), dan ibadah lainnya di bulan Ramadan. Menariknya, di usia ini anak balita lebih kritis pada banyak hal, dan itulah kenapa Ramadan kali ini tetap asyik meski kita dirumah aja. Kira-kira, kegiatannya ngapain aja ya?


Tadarus dan muroja'ah

mau baca pake tunjukan ekor dino


Poin utama yang aku spesialkan di bulan ini. Tadarus Qur'an bareng suami sementara anakku yang berumur hampir 4 tahun mendengarkan dengan seksama. Sesekali ia mendengarkan sambil minta di usap-usap, matanya kriyep-kriyep tapi menikmati lantunan ayat suci yang ia dengar dari kedua orang tuanya. Kebayang pasti adem rasanya, walaupun kadang kami masih kejar-kejaran dengan nafas. Sungguh, tak pernah aku mendengar sesuatu yang lebih indah dari lantunan ayat suci Al-Qur'an, menenangkan hati. Setiap habis solat magrib pun kami murojaah bersama, hafalan surat pendek dan mengajarkan anakku ngaji. Kebetulan saat ini sudah Iqro 2 bacaannya mulai sambung tapi dibaca per huruf. Nggak apa-apa, langkah awal yang pelan namun konsisten. Itu sudah lebih dari cukup. Masya Allah tabarakallah.


Sibuk menyiapkan hidangan berbuka



Selepas waktu ashar aku biasa mulai sibuk di dapur, menyiapkan hidangan berbuka yang menunya antara lain mie glosor (mie khas bogor yang hanya ada saat bulan Ramadan), atau bihun goreng, gorengan kaya bakwan/karoket/tempe mendoan, es teh dengan cincau udah paling enaaaak (teh nya pake teh aroma mawar), beberapa kali suguhan dimsum homemade buatan sendiri, atau menu apapun yang di request anggota keluarga dirumah. Dalam 21 hari ini kami jarang sekali jajan diluar, sepertinya pandemi membuat kami jadi lebih disiplin. Semuanya homemade masakan mami, meski kadang rasanya keasinan atau sedikit hambar karena nggak dicicipi. Tapi suasana berbuka selalu hangat karena kami menikmati apa yang ada dirumah. Alhamdulillah.


Decluttering

Last but not least adalah bersih-bersih rumah. Sepuluh hari menjelang akhir Ramadan aku biasanya mulai rapi-rapi rumah, menyisir satu demi satu ruangan yang selama ini jarang diperhatikan dengan detail. Rasanya nggak afdol kalau lebaran nggak beberes rumah, seperti hati yang kembali suci, kami juga bermaksud membuat rumah terasa lebih segar. Caranya mudah, kadang juga tak memerlukan biaya banyak. Cukup ubah posisi furniture dirumah sudah membuat suasananya seperti baru. Jika ada rejeki lebih bisa mulai memperhatikan cat tembok yang mulai mengelupas atau sudut ruangan yang bocor diterpa ganasnya cuaca. 

Selanjutnya adalah decluttering. Decluttering itu sendiri memiliki arti membersihkan rumah dan memisahkan barang yang masih terpakai, tidak terpakai tapi masih layak, hingga barang yang sudah tak layak pakai. Nantinya proses ini akan membuat hunian terasa lebih rapi dan simpel, meskipun kita bersih-bersih rumah setiap hari namun akan ada saja barang-barang yang sudah usang dan perlu diperhatikan keberadaannya. Dilansir dari dekoruma.com berikut adalah tips melakukan decluttering yang menyenangkan.




Gimana? kegiatan ini menyenangkan karena meski kita dirumah aja, tetap bisa berkualitas bareng keluarga.  Terima kasih BPN 30 Day Ramadan Blog Challange untuk temanya. Yuk mampir ke instagramku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pizza Merakyat, the one and only Pizza in Purworejo

Sejarah Budaya Lomba 17-Agustus-an dan Pelestariannya Untuk Anak Generasi Pandemi

Pengalaman Pertama Masak Praktis Bersama Halofudi