Tunggu Bedug Magrib Dirumah Aja, Lebih Aman di Masa Pandemi

 



Siapa yang males banget keluar rumah semenjak pandemi melanda Indonesia setahun belakangan ini? aku banget deh. Terlebih di Ramadan kedua saat pandemi aku mengurungkan diri untuk berburu takjil, cari-cari yang manis di luar sana, antri sesak, sementara yang lain nggak semuanya patuh pada protokol kesehatan. Kadang gemes pengen tegur, tapi apalah aku. Jadi selama Ramadan tahun ini aku lebih banyak menghabiskan waktu dirumah bersama keluarga saat menanti adzan magrib berkumandang. Lebih banyak menghabiskan keringat di dapur untuk membuat sendiri hidangan berbuka, ala kadarnya.



Terlebih sejak sebulan terakhir ini suami juga lebih sering pulang terlambat karena produksi di kantornya sedang meningkat, jadilah aku hanya berbuka bersama anak balitaku. Tapi justru aku jadi menikmati peranku sebagai ibu. Bagaimana tidak, aku jadi lebih serius mengenalkan Ramadan pada anakku, mulai dari apa saja yang kami siapkan beberapa waktu menjelang berbuka, ritual khusus seperti duduk manis di depan meja dengan hidangan dan es teh yang tertata dengan rapi, posisi duduk yang selalu seragam karena meski ayah tak hadir dirumah beruntung teknologi menolong kami dengan adanya video call di whatsapp. Jadi lebih terharu karena anakku mulai bisa memimpin do'a buka puasa, Alhamdulillah, meski dengan bantuan di awal kalimatnya.


Awalnya sepi karena biasanya kami melakukan buka puasa bersama, tapi lama-lama terbiasa dengan rutinitas yang lebih banyak dirumah saja. Terkadang malah heran, lihat banyak orang yang berbuka puasa di luar sana dan melupakan protokol kesehatan. Sementara beberapa negara tetangga mulai mengurung diri lagi demi menurunkan angka Covid di negaranya. Aku juga ingin situasi kembali seperti dulu, bisa bebas kesana-sini sambil nongkrong cantik di manapun aku mau, tapi tanggung jawabku sebagai ibu membuat aku memilih yang paling baik dari segala pilihan yang ada.


Sumber : pinterest.com



Flashback Ramadan 2 tahun silam, sebelum ada pandemi, saat itu anakku berusia sekitar 2 tahun. Kami selalu jajan takjil muter ke setiap kumpulan orang-orang yang jual takjil. Seru rasanya. Pilih-pilih menu berbuka seperti bubur candil, es buah, bakso, aneka gorengan, sampai jajan pakaian lebaran di bazar dekat rumah menjadi suatu hal yang memanjakan mata. Mudah-mudahan kita semua diberikan kesempatan untuk bertemu lagi dengan Ramadan di tahun-tahun berikutnya dan pandemi sudah usai. Suasana Ramadan kembali seperti semula, amin.


Untuk saat ini, aku memilih dirumah saja, kalaupun harus keluar cari tempat yang jauh dari keramaian, hiruk pikuk euforia Ramadan, demi menjaga kesehatan bersama. Teman - temanjangan lupa tetap jaga protokol kesehatan ya. BPN 30 Day Ramadan Blog Challange.

Sehat selalu, jangan lupa mampir instagramku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pizza Merakyat, the one and only Pizza in Purworejo

Sejarah Budaya Lomba 17-Agustus-an dan Pelestariannya Untuk Anak Generasi Pandemi

Pengalaman Pertama Masak Praktis Bersama Halofudi