3 Target Menggapai Mimpi di 2021




Setiap manusia pasti punya target dalam hidupnya, target ini menjadi pecutan untuk terus produktif dalam menjalani harinya. Produktif tidak melulu soal pencapaian tertinggi dalam hidup, bagiku target berarti aku harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok aku sudah punya mimpi dalam genggaman. Di tahun ini targetku sedikit berbeda karena tahun ini anakku masuk usia 4 tahun, kenapa targetnya mengikuti usia anak? karena aku membagi targetku dalam tiga bagian, yaitu :


Target pada diri sendiri

Target ini meliputi hubungan diriku dan Tuhan (habluminallah), bertepatan dengan tulisan ini dibuat adalah Bulan Ramadan, aku ingin sekali bisa khatam Al Qur'an sebelum lebaran tiba. Tahun-tahun sebelumnya aku sedikit kesulitan membagi waktu antara ibadah dan mengurus anak karena anakku sulit sekali ditinggal, selalu maunya nemplok terus.

Soal target khatam Al Qur'an, aku punya pesaing yang tak kalah bersemangat, beliaulah suamiku, yang selalu menyemangatiku dengan tadarus Qur'an selepas sholat. Bahkan sebelum berangkat kerjapun beliau menyempatkan diri untuk tadarusan, masya Allah tabarakallah. Aku juga berusaha sholat di awal waktu, karena jujur setiap kali menunda sholat, berakhir dengan males dan ah sudahlah. Aku harus segera ambil wudhu setelah adzan berkumandang !

Sedekah jangan lupa, sedekah bagian dari amalan diri yang akan menolong kita saat sudah berakhir masa hidup kita di alam dunia. Sedekah terlihat mudah, tapi banyak khilafnya, menyisihkan sebagian rejeki yang kita miliki kadang terasa berat dibandingkan dengan beli minuman viral. Ya Allah ampunilah jika seringkali hamba lupa mensucikan harta yang Engkau titipkan.


Selain target yang berhubungan dengan urusan manusia dan Tuhannya, aku juga punya target untuk menata hidupku lagi. Terus terang sejak menikah dan langsung diamanahkan buah hati, aku nyaris tak punya waktu untuk bersenang-senang (me time). Semua fokusku tertuju pada keluarga kecil ini, bahkan me time-ku masih seputar membahagiakan keluarga (baca : memasak). Terkadang aku ingin menggeluti hobi yang sempat tertunda seperti menjahit. Aku ingin sekali bisa menjahit, tapi impian ini sirna saat aku mulai sulit membagi waktu setelah menikah.

Selain menjahit, aku ingin sesekali naik gunung, pengalaman yang belum pernah sama sekali dan baru terpikir belakangan ini, karena sering nonton youtube tentang pendakian. Setiap kali melihat para pendaki, jiwa adrenalinku tertantang, meski aku tahu ini sulit diwujudkan, karena jangankan pergi mendaki, pergi bekerja yang hanya 14 jam saja sudah ada yang setia menunggu dirumah.

Ah, tapi suatu saat mungkin aku akan punya lebih banyak waktu untuk diriku sendiri, biarlah saat ini waktuku sedikit terbagi untuk urusan yang memang akan aku pertanggung jawabkan dihadapan Allah nantinya. Saat ini, pelipur kebosananku adalah menulis, dengan menulis entah kenapa emosiku jadi lebih stabil, karena secara tidak langsung aku menumpahkan apa yang ada dalam benakku dalam sebuah untaian kata.

Menulis tak hanya membuatku senang, lebih dari pada itu, menulis juga menjadi tantangan tersendiri karena banyaknya blog competition dengan beragam tema. Salah satunya tema yang ditawarkan oleh BPN 30 Day Ramadan Blog Challange ini, membuatku harus mengasah pikiran agar bisa konsisten selama 30 hari. Luar biasa !



Target dalam keluarga

Target berikutnya cukup menantang dan menyita waktu, menggerus emosi karena dirumah ada seorang anak balita yang penuh dengan tanya. Usianya baru akan menginjak 4 tahun pertengahan Juli nanti, namun pertanyaan yang dilontarkan sudah cukup membuatku usap dada, dan meneguk es kopi biar tetap waras.

Seringkali pertanyaan yang selalu ditanya adalah "mami, siapa yang menang antara tyrex dan singa?" luar biasa bukan? karena selama 32 tahun mamaknya hidup ini ya belum pernah lihat dinosaurus selain di museum. Jadi aku harus jawab apa? karena apapun yang aku jawab seperti jebakan buat diriku sendiri, misalnya :


"tentu tyrex yang akan menang" jawabku dengan yakin.
"nggak dong Mi, pastilah singa yang menang" bantah anakku.
"kenapa bisa singa yang menang? kan lebih besar tyrex?" sanggahku.
"tapi kan singa raja hutan, raja harus menang" jawabnya santuy.


Lalu aku merasa seperti orang tua yang tidak tahu apa-apa (meringis sedih). Ini baru secuplik pertanyaan yang kadang bikin gemes, apalagi kalau pertanyaan ini dilontarkan saat tengah malam, dimana seacra naluriah otak ini sudah sangat butuh istirahat. Fiuhhh. Tapi masa-masa ini tak akan lama, dan tak akan terulang pada pribadi yang sama. Aku berusaha membersamainya secara berkualitas. Bukan soal waktu tapi soal bagaimana ia menangkap semua kenangan ini dan merekamnya dalam kehidupannya kelak.

Di usia tiga tahunnya ini, Alhamdulillah beberapa target sudah tercapai. Target yang dilakukan dengan menyenangkan dan bebas waktu, maksudnya, aku memberikan target pada diriku, tapi tidak terbatas harus selesai dalam beberapa minggu atau bulan. Misalnya :

Aku menargetkan pada diriku sendiri untuk berhasil mengajari alfabet dan huruf hijaiyah di rentang usia 3 tahun ini, jadi dalam setahun aku harus menstimulasi kegiatannya dirumah, secara menyenangkan sambil bermain. Alhamdulillah sebelum enam bulan target ini sudah tercapai, Kian sudah hafal alfabet (huruf kecil dan besar) dan juga saat ini sudah naik ke iqro 2 di usianya yang menginjak 3 tahun 7 bulan. Alhamdulillah.

Lega rasanya, karena bagiku, target mendidik anak adalah tugasku sebagai ibu, meskipun nanti saat sekolah ia akan mendapat pengajaran dari guru-gurunya, tapi aku berprinsip bahwa hal-hal mendasar seperti akidah, tata krama, dan pembelajaran dasar harus ia dapatkan dari rumah, baik oleh mami atau ayahnya. Prinsip ini sudah mulai berjalan sejak ia dilahirkan, kami terus menstimulasi kegiatannya dirumah, disesuaikan dengan tahapan usianya.

Target tahun lalu sudah tercapai, lantas aku juga menargetkan di tahap selanjutnya aku harus bisa mendampingi Kian memasuki tahapan pra-membaca, menulis, dan berhitung. Aku tahu ini tidak mudah, lebih sulit dari target sebelumnya. Untuk itu aku berusaha membekali diriku dengan pelatihan tentang ketiga poin diatas.


Target sebagai ibu pekerja

Membahas target dunia pekerjaan ini agak sedikit sulit, entah karena aku sudah merasakan saat bekerja sebelum ada anak, kemudian resign dan menyesal, dan sekarang kembali bekerja setelah setelah ada anak (di kantor yang sama). Dari tiga proses hidup ini aku jadi bisa merasakan dan menyimpulkan ketiganya dengan lebih objektif (menurut diriku). Objektif disini, aku merasa sudah tahu jawaban yang sesungguhnya dari relung hatiku. Sungguh kalau uang bisa datang dengan sendirinya, aku ingin membersamai anak dirumah 24/7 tanpa harus pergi pagi pulang petang. Sayangnya, aku paham sekali bagiamana biaya sekolah setiap tahun mengalami inflasi, lumayan sekitar 5-10% bahkan lebih. Jadi aku memilih menjalani apa yang sudah terjadi padaku saat ini.

Membahas soal target dalam berkarir, kebetulan sekali di kantorku bukan pekerjaan yang ada jenjang karirnya. Kendatipun demikian aku berusaha melakukan pekerjaanku dengan sebaik mungkin. Syukur Alhamdulillah aku masih bekerja selang-seling selama pandemi ini, jadi waktu membersamai anak masih terbilang cukup.

Aku bekerja di bagian publikasi jurnal medis bertaraf internasional. Kegelisahanku saat ini adalah aku merasa tumpul dalam bahasa Inggris, padahal pekerjaanku sehari-hari mengharuskan aku membaca artikel full berbahasa Inggris, berkorespondensi menggunakan bahasa Inggris, dan beberapa kali berkomunikasi dengan grup kantor dengan bahasa Inggris. Sebenarnya mudah, aku tinggal daftar kursus bahasa untuk membuatku tampil lebih percaya diri dalam berbicara, sayangnya pandemi tak kunjung usai. Beberapa tempat kursus menyediakan fasilitas online, yang jujur aku pribadi kurang nyaman karena aku tipe pembelajar yang harus bertatap muka secara langsung. Tapi sepertinya aku tak bisa menunda lebih lama lagi, karena semakin aku menunda, maka semakin aku tak nyaman berada di lingkungan kantor.


Terima kasih sudah membaca, semoga target kita semua dikabulkan Allah SWT, amin.

Sebelum meninggalkan blog ini, jangan lupa mampir untuk berkenalan lebih dekat di instagramku ya, terima kasih.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pizza Merakyat, the one and only Pizza in Purworejo

Sejarah Budaya Lomba 17-Agustus-an dan Pelestariannya Untuk Anak Generasi Pandemi

Pengalaman Pertama Masak Praktis Bersama Halofudi