Tiga alasan kamu harus ngeblog
sumber : pinterest.com |
Sejak kecil aku suka tulis menulis, nulis apapun seperti sekedar bikin inisial nama di kertas brosur, menuliskan namaku sendiri di sampul buku tulis jaman SD, sampai menulis curhatan anak kecil di buku diary yang ada gemboknya. Aku ingat betul buku diary warna hijau ukuran 20 x 20 cm dengan gembok kecil di sisi kanannya. Kunci gemboknya ada dua, yang satu aku simpan di bawah bajuku di lemari karena khawatir yang satunya hilang.
Beranjak SMP aku beralih menulis di buku binder, tentu saja kertasnya hasil tuker-tukeran sama teman waktu SD, ada gambar ariel si duyung cantik, donal bebek, bahkan putri cinderella. Aroma kertasnya khas, sayang mau diisi tulisan. Koleksi paling mewah pada jamannya. Siapa yang punya edisi looney tones atau tazmanian devil, terkenal satu sekolahan, hahaha.
Buku binder sebagai saksi bisu perjalanan masa remajaku. Semua aku tulis didalamnya, mulai dari kesel sama teman satu genk, naksir tetangga cakep, gibahin temen yang suka klepto, lengkap. Sampai akhirnya buku binder ini bukan hanya milik pribadi, karena sering dipinjam teman-teman untuk sekedar baca (aneh, kok baca curhatan orang, hehe). Akhirnya suatu waktu terbacalah kisah asmaraku oleh ibuku. Aku malu bukan kepalang, wajahku merah padam. Detik-detik percintaan anak bau kencur yang belum tahu apa itu cinta.
Menulis di binder masih aku lanjutkan sampai masa SMA, setelahnya saat di bangku kuliah aku tak sempat merangkai kata lagi, karena begitu banyak tugas dan praktikum yang menyita waktu. Hidupku sibuk dengan belajar dan praktikum masak, aku mengambil jurusan gizi pada waktu itu, kuliahnya lumayan padat dengan dosen yang bisa dibilang tegas dan penuh aturan.
Singkat cerita aku mulai ngeblog di awal tahun 2015, karena di kantor lebih banyak waktu luang, jadi aku sempat baca-baca tulisan para senior. Ada salah satu blog yang mencuri perhatianku untuk menulis, dialah cici Leoni yang menceritakan pengalaman liburannya dengan sangat apik. Mengajak kita ikut ke dunianya dan seringkali aku tersadar aku sedang membaca sebuah tulisan tatkala pintu ruanganku terbuka. Saking bagusnya cara beliau menyampaikan sebuah cerita, aku sampai telusuri bagian awal beliau menulis.
Sejak saat itu aku mulai rutin menulis, berusaha mengikuti caranya menyampaikan dengan baik versiku sendiri. Selama enam tahun aku menulis, banyak sekali hal baru yang aku rasakan, dan inilah tiga alasan yang membuatku terus menulis blog hingga saat ini :
Mengasah kemampuan literasi
Kemampuan literasi ini penting dimiliki oleh setiap individu, literasi tak hanya soal membaca tapi koordinasi antara membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, dan berpendapat. Kemampuan ini erat kaitannya dengan kehidupan sosial kita. Secara tak langsung dengan kita menulis dan mendengarkan, kita lebih berempati pada orang lain, kritis pada keadaan sekitar, dan mampu berpendapat dengan tepat.
Kemampuan literasi ini aku rasakan semakin meningkat setelah beberapa kali aku menulis, baik menulis blog, menulis buku antologi, mengisi konten instagramku, mereview hasil pelatihan, maupun tulisan off record yang ternyata mengajak jemariku untuk mencari kosakata baru yang unik dan enak dibaca.
Setelah menjadi seorang ibu, kemampuan literasiku diuji saat mendongeng setiap waktu, entah pagi, siang, malam bahkan tengah malam sekalipun konsentrasi tak boleh luput. Terkait read aloud sudah pernah aku bahas di artikel ini dan ini.
Apalagi manfaat mengasah literasi dari ngeblog? salah satunya adalah tingkat percaya diriku meningkat dan berani ambil tantangan untuk menjadi master of ceremony di acara kantorku. Aku memang suka sekali berbicara, paling jago berpendapat bila dalam perkumpulan teman-teman yang sudah akrab, tapi tidak dengan berbicara di depan khalayak ramai, dimana pesertanya adalah profesor dan dokter yang timpang sekali dengan keilmuanku.
Aku merasa kecil sekali, untuk itu aku memberanikan diri dengan membesarkan hatiku "cobalah, kau akan tau sensasinya". Setelah mencoba, ternyata aku ketagihan, memang dulu pernah ngemsi tapi tidak untuk acara formal dan hanya sebatas kalangan rekan-rekan saja. Pengalaman memang selalu menghadirkan kesan tersendiri. Dari pengalaman, kita belajar arti kesalahan dan upaya perbaikannya.
Sharing pengalaman
Melanjutkan karakterku yang suka sekali berbicara, aku suka menceritakan pengalaman, khususnya pengalamanku di dapur. Terdengar simple ya, semua orang bisa di dapur, tapi tidak semua orang gemar berlama-lama di dapur.
Buatku dapur bukan sekedar memasak dan nyuci piring, lebih dari pada itu, dapur adalah ruangan paling nyaman kedua buatku, setelah kamar tidur tentu saja. Dapur mengantarkanku pada banyak eksperimen dan aku senang bisa berbagi di media sosial. Beberapa kali aku menang lomba ini itu dari acara giveaway berkat eksperimen di dapurku.
Mulanya hanya sebuah masakan untuk keluarga tersayang, kedepannya aku ingin bisa merambah ke dunia yang lebih serius lagi. Hari gini siapa yang nggak ingin dapat penghasilan tambahan hanya dari rumah? banyak sekali yang mendorongku untuk berjualan makanan, tapi sejauh ini, kegemaranku di dapur baru sebatas hobi dan me time semata.
Beberapa kreasiku sudah tayang di instagram pribadi, semoga menginspirasi.
Mencicil langkah menembus cuan tambahan
Klise ya? tapi setuju tidak kalau dewasa ini konten kreator menempati hati para pengusaha. Bagaimana tidak, maju tidaknya suatu perusahaan tergantung dari konten yang disajikan. Misalnya, dengan kemajuan teknologi saat ini seluruh masyarakat mampu mengakses apapun hanya dalam genggaman. Beli apapun kita bisa tinggal klik saja, dekat atau jauh.
Lalu gimana caranya agar konsumen tertarik? itulah tugas konten kreator.
Karena tugas mereka adalah mendistribusikan segala informasi yang konsumen butuhkan, melalui sentuhan seni, suara dan narasi dalam sebuah tampilan yang sangat menarik. Tugasnya tak mudah karena harus melakukan riset pasar terlebih dahulu.
Bagaimana bisa kita menjadi konten kreator bila tak suka berbagi tulisan? meski konten yang disajikan tak melulu soal narasi, tapi dasarnya adalah konsep yang bertulisan untuk apa info ini dibuat, apa yang akan disajikan, dan evaluasi dari publikasi konten itu sendiri.
sumber : pinterest.com |
Jadi masih ragu buat ngeblog? tak perlu khawatir jika ditengah jalan blog ini dipenuhi sarang laba-laba, tak perlu khawatir jika blog ini tak ada pengunjung. Menulis saja dulu, dari situ kita akan terlatih bagaimana jemari ini terbiasa menuangkan apa yang ada dalam pikiran.
Banyak penulis hebat berawal dari gemar menulis diary.
Banyak film hebat diangkat dari kisah nyata yang ditulis dalam sebuah buku biografi.
Akhir kata, aku menjawab pertanyaan BPN 30 Day Ramadan Blog Challange hari kedua tentang alasan mulai ngeblog, adalah karena aku suka menulis sejak kecil dan aku menemukan kedamaian dalam menulis di blog. Kuncinya hanya konsisten dan teruslah menulis.
Salam literasi, semoga menginspirasi.
Komentar