7 Hal Paling Membahagiakan

 



Bahagia /ba-ha-gia/ berarti keadaan atau perasaan senang dan tentram (bebas dari segala yang menyusahkan). Simpel ya, tapi kenapa ya masih banyak orang yang menarget bahagia dari komentar orang lain? sepertinya bahagianya kita bergantung bagaimana orang lain bahagia atau tidak memandang diri ini. Wajarlah namanya manusia, nggak lepas dari kehidupan sosial. Sesuai dengan yang tercantum di KBBI bahwa bahagia berarti bebas dari segala yang menyusahkan. Susah apa dulu? ini agak subjektif karena susah menurutku pasti berbeda dengan pendapat orang lain. Tapi berhubung tema BPN 30 Day Ramadan Blog Challange hari ini adalah 7 hal yang paling membuat bahagia, maka izinkan aku menceritakan hal receh yang membuatku bahagia :


1. Kesehatan paling utama

Ini udah paling nomor satu banget, karena sehat tak tergantikan oleh apapun. Sehat bagian dari hidup yang "tidak menyusahkan", dalam arti kita masih dapat menjalani hari-hari diatas tubuh sendiri, bisa membantu orang lain berarti membahagiakan orang lain juga. Sehat baru terasa harganya saat digantikan oleh sakit, nggak usah jauh-jauh, badan meriang aja rasanya udah gak enak kan? pengennya tidur dan berharap besok udah fit lagi. Nah, itu sehat. 

Terlebih selama setahun belakangan kita semua dilanda wabah yang tak kunjung usai. Beberapa keluarga atau kerabat dekat sudah menjadi korban keganasan Virus Corona yang nggak main-main. Beberapa kali aku menyaksikan keluarga/temanku kehilangan orang yang mereka cintai. Sebelum ada Covid rasanya pola hidup sehat jadi mudah dilakukan dimana saja, olahraga di taman atau ke gelanggang olahraga, pergi ke kolam renang, atau sepedahan di Kebun raya. Tapi sejak pandemi, aku mengurungkan semua aktivitas tersebut karena dirasa masih membahayakan diri dan keluarga, terlebih aku punya anak kecil dan orang tua yang tinggal bersama.



Lantas bagaimana caranya aku menjaga kesehatan diri di saat pandemi? tetap patuhi 3M dan jangan lalai. Jangan tergiur karena teman sudah kumpul-kumpul di mall sedangkan kita masih dirumah aja? tidak ada yang salah dengan tetap menjaga proteksi keluarga. Tapi tidak salah juga kita melakukan perjalanan ke sebuah tempat, asal tempat terbuka dan sepi, jauh dari kerumunan, dan pastinya menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Satu lagi, asupan makanan juga penting, konsumsi air putih dan protein tinggi rendah lemak membuat tubuh Insya Allah terjaga. Jangan lupa berdo'a sama Tuhan YME agar kita semua dilindungi dari marabahaya. Amin.

 

 

2. Berkah dalam hidup

Berkah berarti suatu karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan buat kita. Masya Allah ya, artinya dalam banget, pernah saat aku mendengar tausiyah dari majelis taklim depan rumah, bahwasanya berkah adalah apa yang Allah berikan untuk dan kita merasa cukup akan nikmatNya. Salah satu contohnya adalah kita menyuguhkan makanan dan makanan tersebut habis, menyenangkan setiap orang yang memakannya. Alhamdulillah.

Terkadang sebagai manusia kita lupa, cenderung iri melihat apa yang orang punya, padahal Allah sudah berikan semuanya sesuai kemampuannya masing-masing. Terlebih jika kita mengamini bahwa rejeki tidak akan tertukar, teruslah berusaha dan bersabar.




3. Anak dan suami yang bahagia

Alhamdulillah, Allah paringi aku dua laki-laki yang sangat mencintaiku, terlebih anakku. Dialah lelaki penyayang yang sayangnya melebihi ayahnya. Kadang kalau aku merasa kenapa suamiku nggak romantis seperti di adegan film korea, atau seperti kisahnya Andin dan Aldebaran, aku buru-buru istigfar. Ya inilah cara Allah memberiku sosok lelaki romantis dalam hidupku. Mungkin bukan melalui pasangan, tapi melalui ikatan darah yang sampai kapanpun akan mencintai tak kenal lelah.

Aku bahagia melihat keduanya bahagia, sejatinya bahagia itu sederhana, melihat canda tawa di raut orang-orang yang kita sayang sudah lebih dari cukup. Sesekali aku bertengkar dengan suami, atau aku berdebat dengan anakku yang mulai kritis dan tak ingin kalah dalam berpendapat, ya itu semua sebagai bumbu dalam membangun sebuah keluarga kecil yang sakinah mawaddah dan warrahmah (insya Allah, amin).




4. Orang tua yang masih mendampingi kita

Aku sangat bersyukur di usia yang menginjak 32 tahun ini masih bisa melihat senyum di wajah kedua orang tuaku. Masih bisa bersenda gurau karena lelucon konyol yang kadang kalau dipikir 'apanya yang lucu'. Sampai tulisan ini tayang, Alhamdulillah orang tuaku masih sehat, masih bisa melihat cucunya main, masih bisa bantu momong cucu saat aku harus pergi ke kantor, masih bisa memberi nasihat saat aku jatuh, masih memanjakanku layaknya seorang putri kecil seperti dulu (usap air mata).

Rasanya membayangkan mereka sehat dan tak kekurangan satu apapun membuatku beryukur atas nikmat dan karunia Allah. Sampai hari ini aku masih bisa melihat keduanya tidur nyenyak nggak kehujanan atau kepanasan. Orang tua yang di masa tuanya ini masih menomorsatukan aku dalam prioritas hidupnya. Sesak bila membahas kedua orang tua, hanya do'a yang bisa aku panjatkan agar Allah selalu menjaga keduanya dalam senang maupun sedih, dalam sehat maupun sakit, dalam keadaan apapun.


Robbigfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shagiiran

"Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, dan kasihanilah mereka sebagaimana mereka mengasihiku sewaku aku kecil"


5. Lingkar pertemanan yang tidak toxic

Ngerasa nggak bahwa setelah kita semakin dewasa, lingkar pertemanan kita semakin sempit? mulai dari yang lost contact sama teman SMA (padahal waktu SMA erat banget, ke kantin bareng, bahkan ke toilet pun dianterin), sedikit masih say hi sama teman waktu kuliah, beberapa masih kontekan sama teman di kantor lama, dan sebagainya. Tapi aku merasa berkurangnya jumlah teman ini berkaitan dengan bertambahnya kualitas suatu relationship. Nggak berarti orang dengan teman yang banyak lantas hubungannya jadi nggak berkualitas. Tapi aku membandingkan hidupku belasan tahun lalu (saat duduk di bangku sekolah) dengan saat ini yang sudah berkeluarga. Dewasa ini seiring dengan pesatnya teknologi, kita bisa berkawan meski dengan orang yang belum pernah kita temui, rasanya nyaman ngobrol dalam sebuah grup yang isinya orang-orang yang sefrekuensi, merasa akrab karena senasib. Ya, itulah majunya teknologi di 2021, grup whatsapp menyatukan teman yang terasa asing, teman yang tak kenal wajah, atau teman yang sesungguhnya. 



Awalnya aku merasa "oh mungkin aku yang nggak pandai bergaul, terlalu egois atau nggak enak dijadiin teman". Tapi setelah aku tanya beberapa orang, mereka juga mengalami hal serupa. Intinya secara tidak langsung diri ini akan mengklasifikasikan teman berdasarkan beberapa hal :

frekuensi, nyaman atau nggak? nyambung nggak kalau diajak ngobrol? utamanya setelah jadi ibu, paling senang diajak ngobrol soal anak, tukar pikir masalah tumbuh kembang anak, atau yang paling receh adalah bahas "boleh nggak sih marah kalau anak nanya hal yang sama 1000x sehari?"

tujuan berteman, nah ini penting karena tiap orang bisa klik atau enggak tergantung gimana tujuan hidupnya. Nyari teman yang model gimana? yang mau diajak senang aja tapi disaat susah dia kabur? atau yang mengingatkan akan kebaikan, atau yang seperti apa?

Intinya dari sekian banyak teman yang aku punya saat ini, aku merasa hidupku tidak menyulitkan mereka, dan mereka tidak menyulitkan hidupku. Ini kan definisi bahagia?




6. Hidup yang apa adanya

Jadi apa adanya itu lebih simpel daripada ada apanya. Ngikutin tren dan gaya hidup nggak ada habisnya, pun dengan ngikutin kemauan orang lain yang terus berkembang. Sedang kita? bisa nggak nabung atau nggak punya investasi kalau sibuk ngurusin apa kata orang. Sesekali kita boleh kok saklek pada prinsip sendiri, selama tidak membuat orang susah. Yang susah itu menata hati saat tahu ada orang yang nggak suka dengan kita, lalu kita mati-matian membuatnya suka dengan berbagai cara.



7. Bakso dan toko perabotan

Ahhh ini sih paling aku banget, nggak bakalan nolak kalau ditawari dua poin me time paling berharga dalam hidupku. Cara merayu saat aku ngambek tuh gampang, nggak perlu kata-kata romantis atau bunga tujuh rupa, cukup panggil mamang bakso aja atau ajak aku ke toko perabotan yang harganya murah meriah, pasti langsung bahagia !

Bakso, nggak tahu sejak kapan aku suka banget sama bakso. Semua temanku paham banget aku paling suka sama bakso, nggak heran aku dijuluki jurig bakso (sebutan orang sunda untuk yang fanatik banget sama sesuatu hal). Bahkan ayahku pernah membuka warung bakso hanya karena aku setiap hari pergi ke depan jalan raya beli bakso di depan perumahan, hahaha. Sayang, warung baksonya nggak bertahan lama, baru beberapa bulan berjalan dan ramai, diterpa gosip bakso celeng yang membuat warung baksoku harus gulung tikar.


bakso bikin laper


Toko perabotan, ini paling bikin berbunga-bunga karena kok indah banget ya lihat perabotan warna-warni mejeng rapi di rak toko, apalagi pas intip harganya masih affordable. Uh, auto kalap dan nggak bisa menahan diri. Alhamdulillah suami mengerti kegemaran istrinya ini, selama apa yang dibeli digunakan dan tidak mubazir. 




Nah, itulah 7 hal yang membuat aku merasa bahagia, jangan lupa bersyukur ya, karena sejatinya bahagia datang karena kita mensyukuri apa yang sudah Allah titipkan untuk kita. Seberapapun itu, syukuri, sedekahkan, dan berbahagialah.


Eits, jangan lupa mampir ke instagramku ya, kalau suka boleh follow. ❤



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pizza Merakyat, the one and only Pizza in Purworejo

Sejarah Budaya Lomba 17-Agustus-an dan Pelestariannya Untuk Anak Generasi Pandemi

Pengalaman Pertama Masak Praktis Bersama Halofudi