Destinasi Liburan di Pulau Jawa

 



Wah, tema hari ini tentang liburan, pas banget saat pikiranku merasa letih dan mulai tertatih mengejar tema-tema yang disuguhkan, akhirnya kita melepas penat jua. Bicara tentang liburan tandanya adalah mengejar waktu bersama (dengan keluarga, pasangan, atau teman) dimana di dalamnya serasa dunia milik kita sendiri. Liburan berarti membebaskan diri dari rutinitas yang membuat penat, seperti bekerja atau sekolah. Liburan kali ini enaknya kemana yaa? aku punya 5 destinasi yang menurutku sangat menyenangkan dan pastinya ramah anak, dua diantaranya bisa kita kunjungi saat masa pandemi ini, dengan tetap menjaga protokol kesehatan ya teman-teman, yuk disimak.


Jogjakarta

Bicara tentang destinasi di Indonesia, yang pertama kali muncul di benakku adalah Yogyakarta (Jogja), kota yang penuh kenangan dan rindu mendalam. Kota ini 14 jam jauhnya dari tempat tinggalku, biasanya aku sempatkan mampir ke Jogja saat pulang kampung ke Purworejo, tapi seringkali juga aku sengaja menempuh 500+ Km hanya untuk menempatkan diriku pada kota pelajar ini.

Bahkan saking cintanya pada Jogja, aku memilih kota ini sebagai salah satu destinasi honeymoon kami. Kemana saja enaknya kalau di Jogja? sepengalamanku, berikut tempat wisata yang cocok untuk kalian yang pergi bersama pasangan (atau keluarga/teman) :


Candi Sambisari




Candi ini lokasinya dekat dengan Prambanan, menghadirkan hamparan luas dengan candi Hindu. Letaknya yang berdekatan dengan pemukiman warga membuat kita seolah kesasar saat melihat google maps. Lingkungannya sangat terawat dan juga bersih, sayangnya masih jarang sekali wisatawan yang berkunjung kesini. Kalau teman-teman sedang wisata ke Jogja, jangan lupa mampir kesini ya, karena sekitar 200 m dari lokasi candi ada soto batok yang luamyan terkenal dengan harga yang terjangkau dan pemandangan yang luar biasa.






Candi Prambanan

Melanjutkan perjalanan berikutnya ke Candi Prambanan, candi Hindu yang menjadi tujuan utama wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Waktu kami kesini (sebelum pandemi) luar biasa banyaknya wisatawan luar, wisatawan domestik juga didominasi kunjungan dari sekolah. Tiket masuk yang kami beli bundling dengan tiket Candi Ratu Boko, jadi untuk kalian yang berencana wisata candi dalam sehari bisa langsung beli tiket bundling dengan harga lebih murah.






Candi Ratu Boko

Diantara candi di kota Jogja yang sudah aku kunjungi, Ratu Boko adalah candi yang menawarkan suasana paling romantis. Terlebih saat kami berkunjung dalam momen bulan madu. Datang pukul 3 sore sembari menunggu matahari terbenam. Waktu kami datang candi ini cukup ramai (mungkin banyak wisatawan yang beli tiket bundling seperti kami), sehingga agak sulit mengambil gambar dengan presisi di tengah gapura candinya. Cuaca yang sempat gerimis membuat sunset terlihat kurang maksimal, tapi tidak menyurutkan nuansa romantis di ketinggian 196 mdpl.






Candi Ijo

Candi Ijo adalah satu candi yang memiliki trek paling ekstrim menurutku, berada di ketinggian 375 mdpl kita harus menempuh waktu sekitar 10 menit dari kawasan Tebing Breksi. Jalanan yang cukup terjal menjulang membuat kami yang berkendara dengan motor sedikit was-was, ditambah di jalur tersebut masih banyak truk yang mengangkut batu. Suasana menjadi sedikit mencair tatkala kami saling sapa dengan si mbok yang membawa rumput untuk ternaknya. 



Bukit Bintang Gunung Kidul

Lanjut lagi perjalanan ke selatan Jogja, tepatnya ke Gunungkidul. Disini banyak sekali spot wisata alam seperti pantai dan hutan yang dibenahi semenarik mungkin hingga bisa dijajaki wisatawan. Sebelum sampai di area wisata, kita akan memasuki gerbang Gunungkidul, yang di design menarik sekali, seolah-0lah kita akan masuk ke dalam gunung. Dari sini kita bisa mampir di warung tepi bukit untuk melihat indahnya kota Jogja (terutama di malam hari). Warung yang menjual aneka menu ringan seperti kelapa muda, kopi dan teh panas, mie instan rebus, lengkap dengan pemandangannya yang menyegarkan mata. Udara yang mulai sejuk juga membuat diri ini betah berlama-lama. Saat malam tiba, kelap-kelip bintang beradu dengan gemerlapnya lampu kota.





Pantai Ngobaran

Aku baru tahu ada Bali versi Jogja, iya di Pantai Ngobaran kita bisa melihat pura di tepi pantai lengkap dengan sesajennya. Terlebih aku yang datang tepat pada malam satu suro (aku datang paginya), disambut angin yang cukup kencang, membuat deru ombak terasa menyeramkan di kejauhan. Kata fotografer yang kami temui disana, malam nanti akan ada banyak orang berbondong-bondong melarungkan sesajen ke pantai, tradisi katanya. 




Aku yang sama sekali tidak tahu tentang ritual ini merasa bergidik setiap kali dengar deru ombak memecah karang. Luar biasa bergema, bahkan aku tak berani menatap gulungan ombak di bawah sana. Aku cukup menikmati suasana pantai ini dari atas tebing. 



Beruntung karena kami bertemu fotografer lokal yang paham sekali tempat ini, kami diajak berkeliling ke atas tebing sehingga kami bisa melihat pantai sebelahnya yang sangat damai. Uniknya, di tepi pantai ini juga dibangun musholla kecil dengan pasir sebagai alasnya. Oh ya, jangan lupa untuk mengabadikan momen kalian dengan memakai jasa fotografer ini ya, mereka tidak memaksa dan tidak mematok tarif. Aku berusaha menghargai usaha mereka dengan menggunakan jasanya, hasilnya? lumayan bagus untuk kami yang sama sekali tidak prepare mau ada sesi pemotretan.




Pantai Ngrenehan

Disebelah pantai ngobaran yang menurutku sangat agresif ombaknya, ada pantai kecil yang disebut Pantai Ngrenehan. Letaknya tidak jauh, hanya perlu menuruni bukit berkelok sedikit lagi. Saat kami tiba, suasananya tenang dan damai. Tak ada debur ombak menghantam karang, yang ada hanya desir pasir putih yang terkena ombak kecil. Syahdu rasanya.







Siapa sangka dibalik tebing ini adalah Pantai Ngobaran dengan ombak besar dan angin kencang. Jujur aku lebih nyaman berada disini, serasa bukan di Jogja. Pantai Ngrenehan diapit dua tebing tinggi di kedua sisinya. Beberapa nelayan asyik mencari ikan sampai ke tengah pantai tanpa perahu. Aku lihat banyak perahu bersandar mungkin karena ombak sedang tinggi para nelayan mengurungkan niatnya ke laut.


Saat kami kesini, hanya ada kami berdua serta driver saja. Warung pun banyak yang tutup, mungkin karena sepi pengunjung. Ada satu warung yang buka menawarkan hasil laut seperti ikan atau cumi-cumi bakar, kelihatannya sedap meski kami tak mampir karena hari sudah mau hujan.


Hutan Pinus Mangunan

Jelajah terakhir adalah hutan pinus Mangunan. Di sekitar sini banyak sekali wisata hutan pinus serupa, tinggal cari yang paling dekat. Pemandangannya semua sama bagusnya, kita bisa melihat lembah dari atas bukit. Mau lebih tinggi lagi? disana banyak tersedia pohon pandang yang membuat kita serasa terbang. Berani menguji adrenalin? Aku kebetulan tidak, tapi kami cukup puas berkeliling dan duduk diantara tingginya sumber oksigen di siang hari.





Menurutku wisata ini sudah sangat tertata dengan rapi, bagaimana tidak, disana terdapat banyak warung yang berjajar dengan rapi, bahkan tukang bakso bakar dan tahu bulat pun ada. Ada papan petunjuk yang menerangkan ada jajanan apa saja disana, keren kan? Harganya pun cukup terjangkau untuk kawasan wisata, seperti bakso bakar yang aku beli ini, Rp 3000/tusuk. Gimana? tertarik?







Kota Batu, Malang

Kota wisata kedua yang membuatku akan kembali kesana (dengan bawa anak tentunya) adalah Kota Batu, Malang. Terletak 30 menit jauhnya dari Kota Malang (stasiun Malang Baru lebih tepatnya). Melanjutkan perjalanan kereta dari Yogyakarta pukul sembilan malam, kami tiba di Malang pukul lima subuh. Masih sempat mandi dan berganti pakaian di toilet stasiun (sebelum akhirnya dihimbau untuk tidak berlama-lama di area tunggu dalam). Ahh udara pagi kota Malang mirip dengan di Bogor, sejuk !

Tak lama setelah motor sewaan tiba, kami melaju ke Kota Batu bermodalkan google maps dan sedikit nyasar. Setibanya di Kota Batu kami menginap di The Batu Villas, yang menurutku sangat terjangkau dan dekat sekali dengan Jatim Park 1 dan Museum Angkut, bisa jalan kaki lho. Lalu kemana saja selama 3 hari di Kota Batu? yuk ikut keseruan kami


Museum Tubuh (The Bagong Adventure)

Menurutku museum ini paling keren sepanjang hobiku menjelajah wisata museum, disini ada banyak informasi seputar dunia kedokteran dan kesehatan yang disampaikan secara detail. Nggak hanya soal narasi, informasinya juga dibuat menggunakan properti yang bisa kita pegang. Keren banget deh, wajib banget mampir kesini kalau lagi main ke Batu. The Bagong Adventure terletak di area Jatim Park 1 dengan harga tiket yang cukup terjangkau.









Eco Green Park 

Jatim Park 2 menawarkan banyak sekali ilmu yang bisa kita dapat dalam satu tiket masuk, salah satunya di Eco Green Park yang luasnya mencapai 5 Ha. Saking bagusnya, nggak heran berjalan kaki sekitar dua jam lebih nggak terasa membosankan. Buat kalian yang nggak mau jalan kaki, disana tersedia e-bike yang bisa disewa per tiga jam. Disini kita bisa melihat tentang bagaimana sampah bisa di daur ulang, terutama sampah plastik dan besi rongsokan yang bisa jadi hiasan. Apik banget deh, tapi bukan berarti kita bebas menggunakan barang disposable yang bisa merugikan lingkungan ya, tetap usahakan zero waste untuk lingkungan yang lebih baik.


Di Eco Green Park juga ada aneka burung dan unggas yang sehat dan atraktif. Ada rumah serangga yang isinya kumpulan serangga yang telah diawetkan, mulai dari yang kecil sampai besar, semua ada, lengkap dengan informasi detailnya. Dengan tiket masuk yang menurutku masih terjangkau, rasanya sayang banget melewatkan jalan-jalan kesini. Membawa anak usia 5+ akan semakin mengasyikkan karena di usia tersebut anak mulai banyak menggali informasi tentang apa yang dilihatnya. Seru deh !

Buat kalian yang suka berfoto dengan burung juga bisa banget ambil kesempatan ini, burungnya jinak dan tempatnya bersih banget, nggak bau. Aneka satwa air juga tersedia, seperti ikan koi (kita bisa beli pakannya), angsa, burung flamingo, dan satwa lainnya.



Nggak perlu kawatir kesasar di dalam area taman seluar  5 Ha ini, karena pengelola Jatim Park Group sudah membuat jalur satu arah yang memudahkan kita untuk berkeliling dan tidak melewatikan setiap sudut informasi yang disajikan. Menariknya semua lansekapnya ditata dengan sangat baik dan super bersih.




Batu Secret Zoo dan Museum Satwa 

Sebelumnya saya ingin berempati pada kejadian gempa yang terjadi di Malang pada 11 April 2021 dengan kekuatan 5,2 SR. Menurut pemberitaan di televisi Jatim Park 2 mengalami kerugian akibat runtuhnya patung gorila super besar yang bisa kita naiki lewat sisi belakangnya, seperti di foto ini.



Sesuai dengan namanya, Batu Secret Zoo tidak hanya menampilkan hewan-hewan selayaknya di kebun binatang. Lebih dari itu di dalamnya ada arena rekreasi yang menurutku sangat bagus dan terbilang banyak. Nggak hanya arena rekreasi, di dalam juga ada waterparknya juga lho. Lengkap banget deh. Kalau bawa anak berlibur ke Batu, Malang, wajib banget datang kesini karena dengan harga tiket yang ditawarkan , kita bisa dapat semua fasilitas di dalamnya. Paket komplit !



Tiket Batu Secret Zoo dijual bundling dengan tiket museum satwa, museum yang tampilan luarnya seperti white house di Washington DC. Keren banget ! Ternyata tampilan dalamnya lebih keren lagi ! Begitu masuk kita akan disuguhkan pemandangan seperti di film Night at Museum. Ada fosil Brachiosaurus dan Tyranosaurus Rex yang akan memukau mata. Masuk lebih dalam kita akan melihat bagaimana hewan dimuseumkan dengan tatanan yang sangat apik. Di akhir perjalanan ada animasi 3D bagaimana kebakaran hutan terjadi dan menghancurkan kehidupan satwa didalamnya. Sedih banget, tapi jadi bahan renungan untuk kita semua.



Sangat disayangkan pada hari ketiga kami berencana ke museum angkut dan wisata lain yang memang tercatat di itinerary, qodarullah ATM suami ketelan dan kami harus mengurus ke bank. Tak hanya itu, ternyata di bank tidak bisa diurus karena harus sesuai KTP (domisili), akhirnya rencana dibatalkan dan kami kembali ke penginapan. Suasana sudah mulai tidak menyenangkan, terlebih suami jadi badmood karena khawatir akan kondisi tabungannya (meski sudah di blokir). Padahal kami masih punya 1 hari lagi untuk stay di Kota Malang sebelum akhirnya pulang ke Jakarta.


Semarang

Lumpiaaaa ! teriakku dalam hati saat tiba di Kota Atlas. Perjalanan sedikit nekat karena membawa perut besar saat hamil 8 bulan tak semangatku surut. Naik kereta ekonomi duduk di gerbong 14 jam 23.00,  penuh sesak bahkan sampai kami kesulitan beranjak ke kereta makan yang jauhnya 7 gerbong di depan. Pagi hari setiba di hotel, kami menitipkan koper dan bersih-bersih kemudian bergegas ke tujuan yang pertama :


Sam Poo Kong

Ini adalah kelenteng besar yang jadi tempat wisata bagi para pelancong di Semarang. Didalam Sam Poo Kong ada tempat khusus beribadah yang tidak boleh sembarangan orang masuk. Saat itu aku menyewa pakaian Hanbook ala Korea, dan ternyata kami diperbolehkan masuk kedalam area peribadatannya, dengan syarat tidak gaduh dan mengikuti aturan yang berlaku. Tak berlama-lama di dalam, aku segera mengitari area sekitarnya yang tak kalah bagusnya.


Menurut informasi yang aku baca disana, klenteng Sam Poo Kong adalah tempat persinggahan Laksamana Cheng Ho, terlihat dari pahatan patung besar bertulisan Laksamana Cheng Ho di dekat area belakang. Sayangnya saya tak kuat naik ke bangunan klenteng di foto ini karena perut mulai kram sehingga saya memilih duduk di bawah pohon besar dengan angin sepoi-sepoi.




Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)

Masjid ini menjadi icon kota Semarang yang bentuknya mirip Masjid Nabawi di Madinah. Terdapat 6 buah payung hidrolik raksasa yang bisa dibuka-tutup secara otomatis  saat matahari terik diatas kepala. Aku datang saat malam hari dan seluruh payung besar ini dalam keadaan tertutup, namun tak mengurangi nilai religinya. Di samping depan masjid ini ada menara dengan tinggi 19 lantai, kita bisa menaikinya dan melihat kota Semarang dengan teropong yang disediakan di teras menaranya.






Lawang Sewu

Destinasi terakhir yang nggak akan aku lewatkan adalah Lawang Sewu. Sepertinya aku terlalu nekat mendatanginya saat sedang hamil besar. Meskipun perutku beberapa kali kram, tapi semangatku menjelajah tak surut. Aku datang sepagi mungkin, kira-kira 15 menit sesaat setelah loket di buka. Bahkan saat aku masuk melalui pintu utamanya, beberapa petugas kebersihan sedang menyapu area dalamnya. 




Ternyata area dalamnya sangat luas, dengan beberapa gedung yang terbagi mengelilingi area taman yang terletak ditengah. Dua gedung utama yang menjadi satu membentuk siku ini sepertinya area perkantoran di jaman penjajahan dulu. Ada tiga lantai (atau sepertinya lebih) di Lawang Sewu ini. tapi aku hanya naik sampai ke lantai 2 dan itupun hanya sebentar, sebelum ada angin yang tiba-tiba masuk ke telingaku. Dan membuat aku angkat kaki dari tempat ini. Setidaknya rasa penasaranku sudah terjawab.





Jumlah pintu yang sesungguhnya tidak sampai seribu, hanya 928 pintu menurut informasi yang saya baca. Berapapun jumlahnya, saya kagum pada gaya arsitekturnya yang sangat apik. Di sudut yang lain juga ada gedung yang sepertinya tidak dibuka untuk umum. Entah saksi bisu apa yang ada di dalamnya, saya tak berani membayangkannya. Merinding.



Kami juga menjelajahi Semarang kota lama (ada gereja blenduk) dan kawasan simpang lima,  beberapa kali mendatangi pusat oleh-oleh dan lumpia Semarang tanpa dokumentasi. Semarang memang menjadi daya tarik tersendiri karena selama 4 hari disana kami menginap di hotel dengan infinity pool tertinggi di hotel yang ada di Indonesia, tepatnya di lantai 30. Gimana? berani coba?



Dari atas sini kita bisa lihat hujan yang datang di sebagian kota Semarang, dan saat malam tiba, menara MAJT terlihat jelas dengan lampu penerangan diatas kubahnya. Masih banyak yang perlu aku kunjungi terutama kawasan pecinan, yang saat itu tak mungkin aku kunjungi karena sudah tidak sanggup jalan jauh. Ternyata bepergian jauh sebulan sebelum melahirkan cukup melelahkan.


Nah, bagaimana keseruan jalan-jalan ini? terima kasih ya BPN 30 Day Ramadan Blog Challange yang sudah membuatku bernostalgia seharian ini. Rasanya ingin pandemi lekas berlalu agar bisa kembali beraktivitas tanpa rasa takut dan curiga. 


Beberapa info yang aku sebutkan diatas, bisa diakses melalui tautan ini :

Candi Prambanan;  Candi Sambisari;  Candi Ratu Boko;  Jawa Timur Park 1,2,3;  The Batu Villas (penginapan);  Star Hotel Semarang;  Lawang Sewu;  Sam Poo Kong


Jangan lupa juga kunjung instagramku yaa ❤











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pizza Merakyat, the one and only Pizza in Purworejo

Sejarah Budaya Lomba 17-Agustus-an dan Pelestariannya Untuk Anak Generasi Pandemi

Pengalaman Pertama Masak Praktis Bersama Halofudi