Cerita Mami Kian, and the story behind



Siapa yang tak kenal komunitas blogger perempuan? suatu wadah yang menginspirasi aku sebagai perempuan. Dulu sekali pernah berandai-andai, ahh andai ada yang nanya kenapa aku ganti nama blog. Ahh tapi siapalah aku sampai ada yang memperhatikan dengan jeli. Ehh, ternyata justru ini menjadi tema pertama di BPN 30 Day Ramadan Blog Challange. Wah suatu kebetulan pikirku, karena aku termasuk yang dicolek dikit curhat (hahaha) jadi rasanya pas menceritakan asal muasal nama blogku di tantangan hari pertama ini.






Nama adalah identitas diri, benar begitu? karena nama menampilkan jati diri kita. Pun dengan ceritamamikian.blogspot.com isinya sesuai dengan namanya, cerita mami(nya) Kian. 

Blog ini berisi cerita tentang pengalaman pribadi maupun pengalaman untuk kepentingan komersil (ikut lomba blog, misalnya). Beberapa kali mengulas tentang kisah anakku (Kian) yang sedang proses terapi gangguan sensori (lebih tepatnya taktil dan vestibular, selengkapnya akan aku share menunggu waktu yang tepat), untuk saat ini belum layak publish karena masih terus "digodog" agar apa yang aku sampaikan tepat sasaran dan tidak menimbulkan misleading information.

Cerita mami kian menghadirkan cerita harian seorang ibu muda dengan satu anak laki-laki, yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk membersamai anak dirumah dan setengah hatinya untuk berkarir di dunia publikasi, tepatnya di salah satu Jurnal Kedokteran di Jakarta. Blog ini lebih banyak berisi tulisan yang tidak (atau belum) dipublikasi, karena beberapa keresahan yang aku tulis, setelah dipikir-pikir sebaiknya aku baca ulang saat kepala sudah dingin, lebih baik tidak dipublikasi daripada take down tulisan karena "nyinyir" pada salah satu pihak.

Banyak draft yang sampai saat ini masih nongkrong cantik di beranda, sesekali terpikir mau dipublikasi saja daripada jamuran, tapi setelah aku timbang-timbang, tulisannya banyak yang lebih mengarah ke limpahan emosi. Setelah aku baca ulang saat ini, rasanya seperti bukan aku yang sekarang. Jaman memang akan memantapkan kedewasaan diri, semakin bertambah usia maka cara kita menyikapi suatu keresahan akan terasa bedanya.

Beberapa kali ingin memberikan tips-tips seputar kehidupan di depan kompor (dapur) di blog tapi sejauh ini masih lebih suka menulis di laman instagram pribadi. Selain resep simpel yang bisa kita olah, simpan (bekukan), hangatkan, dan sajikan setiap saat, aku juga sedang menggeluti asyiknya bermain (dan belajar) bersama anakku dengan permainan multisensori dirumah. Bahan yang dipakai mudah ditemukan dan terjangkau harganya. Membuat belajar terasa bermain, karena menyenangkan dan tidak membuat jenuh. Beberapa postinganku sudah tayang di feed dan highlight instastory.

Lantas apa yang aku sajikan di cerita mami kian? tentu saja blog yang dikompetisikan dengan berbagai tema, yang menarik diulas dan "aku banget". Biasanya tulisan yang kaitannya dengan kesehatan, kuliner, dan wisata lokal aku pasti ikutan. Ada satu judul yang aku tulis sekitar tahun 2015 dan aku ikutkan lomba, ternyata menang. Hadiahnya lumayan untukku yang saat itu sedang mengumpulkan uang untuk acara pernikahanku. Sejak saat itu aku merasa tulisanku dihargai, aku jadi lebih percaya diri untuk menulis.

Kisahnya aku ceritakan dari lubuk hati terdalam, tentang seoarang remaja perempuan yang berlibur kerumah pakdenya dan berkeliling ibukota. Senyum bahagia terpancar di wajahnya yang penuh guratan, usianya terlalu belia untuk memikul beban seberat itu. Banyak hikmah yang aku petik dari kisah hidupnya, cerita selengkapnya bisa dilihat disini.







Bicara tentang arti nama blog, nama terdahulu adalah vigoquinnballack.blogspot.com yang sudah aku ganti sejak awal tahun 2021. Rasanya jadi lebih segar dan terus remaja karena beberapa kali aku vakum akibat gonta-ganti platform menulis. Nama blog sebelumnya panjang sekali, karena singkatan yang aku buat waktu jaman ABG dulu, hihi.

Vigo berasal dari kata Devi dan Yogo (sekarang menjadi suamiku, setelah penjajakan selama 8 tahun) nama seru-seruan yang buat kami merasa saling memiliki satu sama lain. Saking bucinnya, kami membeli dua buah cincin platinum dengan ukiran nama di dalamnya. Padahal saat itu usia kami masih dua puluhan, nggak sadar kalau ujian skripsi di depan mata, pacaran tak kenal waktu.

Quinn aku ambil dari nama chef cantik dan seksi yang terkenal pada saat itu, dialah Farah Quinn. Chef yang menginspirasiku untuk tetap masak cantik di dapur. Eh, kenyataannya aku masak di dapur ya belepotan dan penuh minyak, tapi gimana lagi aku suka sekali memasak.

Ballack aku ambil dari nama belakang seorang Kapten Jerman era tahun 2000an. Penggemar sepak bola pasti kenal, adalah Michael Ballack yang selalu terlihat menawan setiap kali tanding, pada jamannya. Iya, aku mengaguminya seakan aku kenal dekat dengannya (ahh halu). Jadi teringat, dulu kalau Jerman main, teman-temanku heboh memberi kabar padaku, tentu saja melalui SMS yang bayarnya dihitung per huruf, jadi mereka cukup kirim tanda ! artinya "ayo nobar!". Saat Jerman kalah tanding aku ikutan nangis dirumah, aku bela-belain begadang padahal besoknya ulangan matematika, atau berbangga diri karena Jerman juara Liga Champion (tepuk dada).

Sungguh nama ini aku gunakan di berbagai akun sosial media, yang saking seringnya gonta-ganti password akhirnya aku lupa semua dan terbengkalai. Nama ini juga tak serta merta muncul dalam benakku, beberapa kali aku merangkai kata demi kata hingga jadi satu kesatuan yang menggambarkan diriku. Quinnballack menjadi tenar karena aku selalu menulis nama ini di buku, kertas coretan, bahkan di mejaku jaman SMA dulu (untunglah guruku tak tahu), karena semua teman seangkatan paham banget siapa Quinnballack. 

Singkatan Vigo baru aku ciptakan setelah aku bertemu dengan mantan pacarku Mei 2009 silam. Nama yang menjadi kenangan dan akan aku ceritakan pada Kian nanti. Nama yang kalau kuingat kenapa jadi lucu banget untuk ukuran ibu-ibu sepertiku, sungguh masa sekolah masa paling bucin dan penuh drama.

Inilah secuplik kisah asal muasal nama blogku yang beberapa kali mengantarkanku pada rejeki tak terduga. Bagiku ngeblog tak hanya menyalurkan inspirasi antar neuron di kepala, tapi juga meningkatkan keterampilan literasi kita agar terus terasah, disamping dewasa ini konten creator menjanjikan cuan yang bisa kita lakukan dari rumah, sembari membersamai buah hati.

Semoga blog ini menginspirasi dan tulisannya bermanfaat bagi banyak pembaca.

Happy reading.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pizza Merakyat, the one and only Pizza in Purworejo

Sejarah Budaya Lomba 17-Agustus-an dan Pelestariannya Untuk Anak Generasi Pandemi

Pengalaman Pertama Masak Praktis Bersama Halofudi